Monday, November 17, 2008

Berhati-hati dalam berkata-kata

Di dalam posting kali ini kita bisa belajar banyak belajar tentang Nilai Kehidupan , diantaranya mengenai Kesantunan baik dalam prilaku maupun tutur kata. Saya mencoba menerapkannya mulai dari komunitas terdekat yaitu keluarga.

Beberapa waktu yang lalu saya membeli Replacement Lamp untuk Lampu Baca seharga Rp.30.000,-. Setibanya di rumah anak saya Jonathan (8 tahun) memegang lampu tersebut yang masih ada berada dalam dus. Tanpa disengaja tutup dus bagian bawah terbuka dan lampu jatuh terpecah belah. Secara refleks saya terpancing untuk memarahinya. Sebelum terlontar kata-kata marah saya coba kendalikan emosi.

Saya mulai menganalisa sebagai berikut : harga lampu Rp.30.000,- dan kalau saya merendahkannya menyebabkan luka hati seumur hidup yang tidak terbayarkan walau dengan uang milyaran rupiah.

Segera teringat nasihat bijak: “Bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.”

Disinilah saya tersentak dan segera memeluk Jonathan seraya berujar: “Jo, papa lebih sayang kamu dari pada lampu yang bisa dibeli lagi. Lain kali kamu harus lebih berhati-hati.”

Perkataan yang kita ucapkan bersifat kekal. Sekali kita ucapkan tidak bisa kita tarik kembali. Untuk itulah kita harus berhati-hati dalam berkata-kata.

Kiranya Hikmat Tuhan menuntun kita semua untuk memilih perkataan yang dapat menjadi berkat bagi orang lain.



source: Samuel Arifin

No comments: